Jumat, 24 Februari 2017

PERANAN PERSEPSI DALAM EFEKTIVITAS KOMUNIKASI


A.    Pendahuluan
Komunikasi dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Bahkan berkomunikasi menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Sehingga kegagalan dalam berkomunikasi seringkali menimbulkan kesalahpahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka bagi manusia. Baik secara individu maupun berkelompok, bahkan secara kelembagaan.
Komunikasi adalah proses penyampian pesan, serta berbagi makna melalui perilaku verbal maupun nonverbal. Dalam proses komunikasi, keberhasilannya ditentukan oelh berbagai faktor. Baik secara internal maupun eksternal. Suksesnya proses komunikasi jika dapat menghasilkan komunikasi yang efektif, yang tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu dari segi komunikator maupun dari komunikan.
Proses komunikasi sendiri juga tidak lepas dengan adanya persepsi yang dibentuk oleh pikiran manusia. Yang kemudian ditangkap oleh alat indera, dan terproses dengan kolaborasi ingatan.
Komunikasi yang kurang diimbangi dengan adanya persepsi yang tepat dapat menyebabkan kesalahan dalam memnyampaikan pesan, dari komunikator ke komunikan. Tidak sedikit terjadi kesalahpahaman dalam aktivitas komunikasi, sebagai akibat dari persepsi yang tidak seiring oleh salah satu pihak pelaku komunikasi.
Akibat yang ditimbulkan dapat menimbulkan maslaah, baik skala kecil maupun besar. Baik secara individual, kelompok ataupun secara organisasi dan lembaga. Kita sebut saja beberapa akibat yang dapat ditimbulkan, yakni pertikaian, konflik berkepanjangan. Hal ini, karena kedudukan persepsi memiliki peran yang mampu menguatkan informasi atau pesan yang disampaikan dalam proseskomunikasi.
 Komunikasi efektif dapat tercapai, apabila pelaku komunikasi memahami tentang pengertian dari komunikasi efektif, proses komunikasi efektif dan unsur-unsur komunikasi efektif.
  
B.     Pembahasan
1.      Persepsi Adalah Inti Komunikasi
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran atau interpretasi adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian dalam proses komunikasi. Menurut J Cohen dalam buku Deddy Mulyana, persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal ; Persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana.
Sedangkan, McShane dan Von Glinov pada buku Wibowo mendefiniksikan persepsi sebagai proses menerima informasi membuat pengertian tentang dunia sekitar. Hal tersebut memerlukan pertimbangan informasi mana yang perlu diperhatikan, bagaimana mengkatagorikan informasi, dan bagaimana menginterpretasikan dalam kerangka kerja pengetahuan yang telah ada.
Persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, karena persepsi dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi yang dilakukan. Jika persepsi seseorang tidak akurat, maka seseorang tersebut tidak mungkin untuk berkomunikasi secara efektif.
Seseorang hidupdan melakukan aktivitas dalam suatu lingkungan dinamis dan berinteraksi dengan orang lain yang berada didalamnya. Orang-orang dapat melihat objek  yang sama, tetapi dapat memiliki kesan yang berbeda terhadap objek tersebut. Begitu pula dengan pandangan seseorang yang juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Kesan seseorang dipengaruhi oleh informasi yang ia miliki. Masalahnya, menjadi lebih kompleks jika persepsi seseorang terlalu cepat disimpilkan. Sehingga dapat memungkinkan hilangnya sebagian dari informasi. Hal tersebut dapat berakibat pada terjadinya bias persepsi.



a.       Faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi dibentuk oleh tiga faktor yakni (1) Perceiver, Orang yang memberikan persepsi, (2) Target, orang atau objek yang menjadi sasarn persepsi, (3) situasi, keadaan pada saat persepsi dilakukan.
Faktor perceiver mengandung bebeepa komponen. Antara lain; sikap, motif, minat atau kepentingan, pengalaman, dan harapan. Sedangkan faktor target memiliki tujuh komponen, antara lain; novelty atau sesuatu yang baru, gerakan, suara, besaran dan ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kesamaan. Pada faktor situasi mengandung tida komponen, yakni; waktu, pengaturan kerja, dan pengaturan sosial.
Apabila melihat faktor tersebut, target persepsi akan berusaha meninterpretasikan pada yang Perceiver lihat. Interpretasi ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal dari pemberi persepsi. Disamping itu, situasi dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk.
Jika seseorang melihat atau mendengan pesan yang disampaikan orang lain, maka persepsi terhadap orang itu mungkin saja keliru atau salah. Dalam hal demikian maka telah terjadi kesalahan persepsi.
Kesalahan persepsi tersebut, terbagi dalam beberapa bentuk. Diantaranya,
1.      Kesahahan atribusi. Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Namun terkadang dugaan sseseorang kepada orang lain, tidak selalu benar.
2.      Efek Halo. Efek halo ini merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaianseseorang akan sifat-sifat yang spesifik.
   Stereotip. Yakni mengeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai seseorang berdasarkan keanggotaannya dalam suatu kelompok.
      Prasangka, yang juga menjadi suatu konsep yang dekat dengan streotip.
    Gegar budaya. Adalah suatu ketidakmampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.

Meskipun kesalahan persepsi ini kepar terjadi, proses perspsi itu sendiri tidak dapat dipintas atau dipotong. Sehingga yang harus dilakukan oleh pelaku komunikasi, yakni memperkecil bias dan distorsi yang ditimbulkan oleh persepsi. Dengan begitu kemungkinan untuk mencapai komunkasi efektif semakin meningkat.

2.      Persepsi Dalam Efektivitas Komunikasi
Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson dalam Wibowo, faktor yang memengaruhi efektivitas proses komunikasi adalah Komunikator, isu, noise, information richness, dan network structure.
Pada faktor komunikator, perlu adanya encode, mensandi dan menginterpretasikan pesan, dan aktivitas ini bisa menjadi sumber masalah komunikasi. Interpretasi receiver mungkin saja bisa salah, yang terlebih dahulu diawali oleh persepsi yang salah. Sehingga penerima pesan memiliki kemungkinan salah dalam menginterpretasikan pesan.
McShane dan Von Glinov menekankan, bahwa efektivitas komunikasi, tergantung pada kemampuan komunikator dan komunikannya atau receiver nya. Untuk secara efesien dan akurat encode, memberi sandi dan decode, serta memecahkan sandi informasi.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi efektivitas proses encode dan decode. Diantaranya, komunikator dan komunikan memiliki referensi simbol dan kode yang sama, memiliki model mental yang sama, serta pengalaman. Faktor ini juga tentunya membentuk persepsi dan membantu dalam mengiterpretasikan sebuah pesan dalam aktivitas komunikasi. Sehingga sangat penting bagi pelaku komunikasi menyadari bias nya persempsi untuk memperkecil tingkat kegagalan dalam membangun komunikasi efektif.

C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan, peranan persepsi dalam membentuk komunikasi efektif sangat penting. Dimana aktivitas komunikasi dapat gagal, karena ada kegagalan persepsi atau persepsi yang salah, antara komunikator dan komunikan. Sehingga penting bagi pelaku komunikasi menyadari bias persepsi yang terjadi saat melakukan proses penyampaian informasi.
Meskipun kesalahan persepsi dengan berbagai bentuk sering terjadi terjadi dalam proses komunikasi, namun proses pembentukan persepsi tersebut juga tidak dapat dipotong. Sehingga yang harus dilakukan oleh pelaku komunikasi, yakni memperkecil bias dan distorsi yang ditimbulkan oleh persepsi. Dengan begitu kemungkinan untuk mencapai komunkasi efektif semakin meningkat.

Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy.  Ilmu Komunikasi ; Sebuah Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Mulyana, Deddy.  Komunikasi Efektif ; Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008

Wibowo.  Perilaku Dalam Organisasi ; Edisi Kedua. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar